Hai, sudah lama ga cerita di sini
hahaha
Banyak sih pengalaman yang sudah
didapat belakangan ini yang bisa dijadiin tema. tapi karena emang belum mood,
makanya lama ga cerita. Dan ini kebetulan lagi ujan, tontonan abis, ga tau mau
ngapain, sehingga taraa cerita aja deh tentang pengalaman dua hari yang lalu.
Sejak selesai ngurus tugas akhir
(alias tesis), saya dan beberapa teman mau mencicipi mendaki lagi. Ide nya
tercetus dari saya dan si L. Kita tau harus ngobrolin masalah mendaki ke siapa.
Temen kuliah kita, sebut saja J. Wacana soal mendaki sepertinya tidak begitu
serta merta dapat dilaksanakan karena beberapa hal. Mengingat jadwal wisuda
kita semakin dekat dan karena saya pun harus pulang dulu sebelum wisuda,
akhirnya kita bertiga coba serius untuk melaksanakan ide ini.
J sebagai yang lebih paham soal
mendaki ini pun mengajak salah seorang temannya, sebut saja Z yang juga ga
kalah pengalaman dari J. Bersama J, Z, saya dan L, yang pengen ikut adalah si E
dan S. Selain saya, kelima orang ini adalah laki-laki semua hahaha. Sudah
mencoba ajak beberapa teman wanita, tapi pada ga bisa ikut semua.
Kita pun mulai adakan rapat
kecil-kecilan di salah satu kontrakan teman. Perbincangan mengenai mau ndaki
gunung apa, siapa saja yang ikut, perlengkapan yang dibawa dan kapan dilakukan
pendakian. Setelah dua kali pertemuan, kita sepakat mencoba mendaki Gunung
Prau, di Wonosobo. Rencana pendakian ini fix, dua hari sebelum keberangkatan.
Cukup mendadak mengingat belum ada mempersiapkan apa-apa. Namun sepertinya
cukup efektif, karena makin cepat makin baik. Yang mendadak biasanya lebih
cepat realisasinya kan? hehe. Diputuskan berangkat hari Selasa, 8 November.
Sehari sebelum hari H, saya
sebagai cewek satu-satunya membeli keperluan logistik mulai dari beras, telor,
mie, tempe, snack, bumbu masak, teh, susu dll. Tidak lupa beberapa titipan aneh
dari si J sebagai ketua : “titip
choki-choki, nata de coco sama nanas ya”. Oya, berdasarkan hasil searching, ternyata di Gunung Prau nggak
ada sumber air. Kita sepakat membawa air lebih untuk minum, wudhu dan buang
air. Cara hemat yang ditawarkan, dari pada beli air mineral 1,5 liter mendingan
beli satu galon, trus isi kedalam botol bekas. Dan yap, hasilnya 13 botol air
siap minum. Karena dirasa kurang, kami menambah beberapa botol air mentah untuk
wudhu dan buang air.
Soal perlengkapan seperti tenda, sleeping bag, matras, carrier, kompor dan alat masak sudah
diurus sama J, Z dan L. Hasil dari sewa dan pinjem sana-sini akhirnya, kita
sepakat hanya memakai satu tenda dengan 6 buah matras dan sleeping bag. Itu berarti, saya sebagai satu-satunya cewek harus
berbagi tempat di satu tenda bersama para penyamun, hahaha.
Karena tenda, beberapa matras dan
sleeping bag yang masih kurang belum
bisa disewa, kita pun menunda keberangkatan yang semula jam 6 menjadi jam 9. Di
hari H, kita malah molor baru bisa berangkat jam setengah 11 siang. Hal itu
karena kami baru bisa packing jam 9, dan sempat kebingungan karena barang
bawaan yang super banyak. Hahaha tapi rencana tetap jalan. Dengan niat yang
baik, kami berenam dengan tiga motor berangkat menuju Wonosobo.
![]() |
(Ki-Ka : S, Saya, J, E, L dan Z) |
Belum lama perjalanan, adzan
dzuhur berkumandang. Kami mampir di salah satu masjid daerah Borobudur. Setelah
sholat, awan mendung mulai kelihatan. Wajar saja, jam hujan turun di musim ini
memang siang hari. Kami memacu motor terus, tak lama kami harus menepi karena
hujan akhirnya turun. Setelah memakai mantel, kami melanjutkan perjalanan
diiringi hujan yang awet mengguyur.
Walau hujan, tetep lanjut jalan |
Badan mulai kedinginan karena
mantel tidak begitu bisa menutupi. Kami berhenti disebuah tempat pengisian
bahan bakar untuk sholat Ashar dengan kondisi basah disebagian tubuh. Kami
sempat kebingungan arah ketika sampai di kota Wonosobo.
![]() |
Sambil antri sholat |
Pasukan pada bingung |
Karena perut mulai
lapar, kami memutuskan makan di salah satu rumah makan padang. Sembari minum
teh panas dan menyantap makanan yang langsung ludes dalam hitungan menit. Sedikit
zonk karena harga makan di sana lumayan mahal. Hehe.
Perut kenyang, hatipun senang |
Terdapat empat jalur pendakian,
salah satunya yang direkomendasikan oleh tempat sewa alat mendaki, adalah jalur
Pataklembu. Setelah terus berjalan, menjelang magrib kami akhirnya sampai juga
di gerbang Pataklembu. Tak jauh setelah memasuki gerbang, kami sampai di
basecamp Pataklembu. Disana kami disambut oleh dua orang mas penjaga yang
ramah. Kamipun dipersilahkan masuk, meletakkan barang, membersihkan diri di
toilet dengan air yang tumpe-tumpe sedingin es, serta istirahat di ruangan
khusus yang disediakan. Di sana bahkan disediakan kasur dan selimut bagi yang
ingin istirahat. Ada juga mushola dan dapur umum yang bisa digunakan untuk
memasak. Setelah selesai bersih-bersih diri dan bergiliran sholat Magrib, salah
satu mas mengajak kami menghangatkan diri di depan tungku bara. Kami duduk
melingkar, mengobrol bersama sembari nonton tv. Kami sepakat memulai perjalanan
setelah sholat Isya dan berharap hujan segera reda.
![]() |
Duh anget banget |
Setelah sholat Isya, hujan mulai
reda. Sekitar pukul setengah 9 setelah dijelaskan soal rute perjalanan oleh mas
penjaga basecamp dan berdoa, kami memulai perjalanan.
![]() |
Bismillah, siap jalan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar