Saya abaikan rasa malas saya itu. Sesekali saya rasa tidak ada salahnya mencoba hal baru.Keluar dari zona nyaman.Kebetulan teman-teman saya sudah pengalaman dalam dunia nonton Tabot tiap tahun. saya juga sering dihina-hina kerena suka gak ikutan. seolah memisahkan diri dari pergaulan.
Dan rencana nonton Tabot pun dibentuk. Bersama sejumlah teman dekat, kami merencanakan akan nonton pada hari Kamis tanggal 1 Desember. Sengaja hari Kamis, soalnya gak ada tugas yang menanti sampai akhir pekan. Sengaja gak pas weekend, soalnya ntar pasti ruameee buangeett. Nontonnya ba'da Ashar. Dan pasangan duet di motor sudah ditetapkan juga. Tapi memang belum direstui sama Allah, sore itu hujan turun. Kami batal nonton.
Rencana berikutnya, besok hari Jum'at. Masih ba'da Ashar. Tapi lagi-lagi hujan. bahkan dari siang hari.
Saya sempat pesimis. Yah, tahun ini gak nonton lagi. Haha. Tapi pada hari Sabtu, menjelang Magrib, salah satu teman nekat ngajakin nonton ba'da Magrib. Wooo ekstrim banget, saya belum izin dan belum tentu di izinkan. Apalagi ini malem Minggu, pasti ramee.
Tapi saya mikir, coba dulu deh izin, kali aja dibolehin. Dan seusai sholat Magrib, dengan dagdigdug, saya minta izin ama Ibu dan Bapak. Di luar dugaan, beliau mengizinkan :)
Dan tak berapa lama saya dijemput teman-teman untuk langsung menuju ke TKP, yaitu di kawasan Kampung. Karena terkendala oleh kurangnya armada angkutan, pukul 8 malam kami baru bisa benar-benar menuju Kampung.
Sesampainya di Kampung, bisa anda jumpai lautan kendaraan dan manusia yang berdesak-desakan di jalanan. Macet parah. Kita sampe bingung mau parkir di mana. Dan dengan spontan kami sepakat parkir di sebuah rumah (?) tepat di belakang Bank Indonesia. Rupa-rupanya di sana emang sengaja di jadiin tempat parkir dadakan oleh sang empu rumah yang halamannya lumayan luas itu.
padat merayap |
jalan yang ditutup polisi |
Setelah parkir, kami harus jalan menuju lapangan Tugu (?) yang letaknya cukup jauh jika ditempuh dengan jalan kaki. Di sana disediakan sebuah panggung pertunjukkan yang menampilkan atraksi menabuh dol. Rame gak ketulungan juga. Kita nonton cuma sebentar. Dan lanjut nyari makan di Baru Koto. Saya, Eli dan Fektra gak makan. Kita mesen Bandrek aja. Pake telor yang amisss sekaliii --
gulali pink :9 |
Udah kenyang, kita main ke Pasar Malam yang tak jauh dari sana. Yang paling semangat itu si Dwi. Dia kepunan banget pengen naik Bianglala. Setelah ditawarin, ternyata yang berani dan bersedia naik cuma saya dan Dwi. Para lelaki lain dan Eli (yang trauma karena main tahun lalu) nungguin kita di bawah. Saya nitipin kamera ama Fektra.
Wuss wuss sensasi pertama naik sih biasa. Gak separah Tornado-nya Ancol (yaiyalah beda jauh).
Entah sudah berapa putaran, kita pun turun. Pas nyampe bawah, Eli dan Fektra nunjukin beberapa foto yang mereka ambil pas saya dan Dwi naik tadi. Pertama sih gak ngeh. Apaan itu yang putiih-putih. Setelah dijelasin ama Fektra dan Dwi, ternyata dan ternyata itu adalah Orbs sodara-sodara!
"Heh? Apa itu Orbs?", saya nanya dengan lugunya.
ORBS merupakan sebuah fenomena munculnya lingkaran putih pada sebuah frame foto yang diindikasikan sebagai hadirnya sosok dari dunia lain ( baca: sosok gaib), bulatan bulatan pada frame foto tersebut terkadang muncul dalam jumlah banyak dan meninggalkan jejak. Pada teknologi fotografi digital khususnya untuk penggunaan kamera ultra compact, orbs disebut juga sebagai orbs backscatter (http://manajubelz.blogspot.com/)
orbs dan bianglala |
Penampakan Orbs lainnya :
ada satu yang cukup besar nangkring di atas |
ada satu yang merah |
Dan pukul 10 kami sepakat keluar dari lautan manusia yang semakin malam semakin banyak itu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar