Minggu, 10 Februari 2013

Untuk Emak, Berhentilah Berharap!


Malam yang gerah di ruang nonton. Kami duduk berdua di lantai yang di alasi karpet berdebu. Emak asik menatap layar televisi dengan serius. Sesekali tertawa saat pemain wayang menjatuhkan diri ke atas properti yang terbuat dari stereoform.  Kipas angin tua tidak cukup membantu mengeringkan peluh di sekujur tubuhku. Terlalu panas.
Pikiranku berlari kemana-mana. Tentang konsekuensi. Tentang perasaan. Tentang Emak.  Aku menatap Emak yang duduk tak jauh dari ku. Menatap sekeliling ruangan. Ragu-ragu ku dekati Emak.
“Mak”
“Hm”, Emak menjawab ringan. Tanpa menarik pandangan dari televisi.
Aku menatap mata Emak lekat.  Kalimat yang tulus aku ucapkan dari dalam hati. Untuk Emak yang selalu berharap padaku.
“Maafin aku ya, Mak. Aku belum bisa buat Emak bangga”
“Apa?”, Emak menatapku penuh rasa penasaran.
Sayangnya aku hanya mengatakannya dalam hati. Hanya dalam hati.
“Err, ganti dong siaran nya”, aku gugup dan menatap televisi.
Emak mengerling. Kembali menatap televisi. “Nanti tunggu iklan”
Aku diam.  Bagaimana bisa. Sungguh tak bisa. 

1 komentar: