Sabtu, 21 Juli 2012

16


Aku ” mendengarnya” juga.

Pagi ini bangun dan nyuci baju. Aku ama Kiki nggak mau masak. Kami menyerahkan pada Rina yang kayaknya mau masak. Jadi kita cuma beres-beres dan nyuci piring. Lumayan nyantai juga pagi-pagi bisa goler-goler. Eh tapi ujung-ujungnya Rina cuma ngulek cabe. Tangannya kepanasan, jadi yang lanjut masak si Kiki. Sepanjang hari kami berdua kesel.
Selasa ini kami nggak ke sekolah. Sukam udah siap-siap mau pulang ke Bengkulu. Nunggu kordes nggak pulang-pulang. Baru tengah hari dia nyampe sekre.
Malam ini di sekre tetap cuma berempat. Bedanya Sukam pulang ke Bengkulu dan kami tinggal bersama kordes. Abis magrib bang Keteng dateng lagi. Cihuy, kami main kartu lagi. Si Kordes juga ikutan. Dia nggak ke Kantor Desa, katanya mau nemenin kami. Sepanjang malam kami main. Makin seru aja nggak kerasa udah mau jam 12 malem aja. Waktu itu aku belum sholat, jadi kami bertiga minta temenin bang Keteng ke sumur belakang buat wudhu.


Aku sholat, si Kiki dan Rina udah ambil posisi. Kiki sih masih tiduran baca novel tepat di sebelah aku. Abis sholat, pas baca doa. Lagi hening-heningnya. Aku denger suara ayunan. Krek krek krek. Aku diem sepersekian detik. Langsung ngomong ke Kiki, “Ki...”
Kiki mencoba tenang. “nggak apa-apa”. Oke, aku harus tenang kayak Kiki. Terus Kiki bilang, “Bisa nggak kita tidurnya nyerong ke arah situ aja? Aku nggak mau di pinggir”. Aku mengiyakan. Tapi aku masih merasa takut. Ngeliat aku yang masih takut, Kiki bilang, “Kita pindah kesebelah aja. Sms Redho”. Tangan aku udah gemeter dahsyat. Aku sudah berlinang-linang air mata. Aku nelpon tapi nggak bisa ngomong. Aku udah duduk lemes. Kiki yang ambil alih telpon. Dan Redho dateng masuk ke kamar. Kami pindah. Aku nggak berani ngeliat ayunan. Kata Redho sih ayunannya nggak gerak dikitpun. Aku masih lemes. Kasur-kasur dipindahin dan disusun di sudut ruangan. Butuh waktu cukup lama biar bisa tidur. Malam ini kami tidur di ruang sebelah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar