Aku ” mendengarnya” juga.
Pagi ini bangun dan nyuci baju. Aku ama Kiki nggak mau
masak. Kami menyerahkan pada Rina yang kayaknya mau masak. Jadi kita cuma
beres-beres dan nyuci piring. Lumayan nyantai juga pagi-pagi bisa goler-goler.
Eh tapi ujung-ujungnya Rina cuma ngulek cabe. Tangannya kepanasan, jadi yang
lanjut masak si Kiki. Sepanjang hari kami berdua kesel.
Selasa ini kami nggak ke sekolah. Sukam udah siap-siap mau
pulang ke Bengkulu. Nunggu kordes nggak pulang-pulang. Baru tengah hari dia
nyampe sekre.
Malam ini di sekre tetap cuma berempat. Bedanya Sukam pulang
ke Bengkulu dan kami tinggal bersama kordes. Abis magrib bang Keteng dateng
lagi. Cihuy, kami main kartu lagi. Si Kordes juga ikutan. Dia nggak ke Kantor
Desa, katanya mau nemenin kami. Sepanjang malam kami main. Makin seru aja nggak
kerasa udah mau jam 12 malem aja. Waktu itu aku belum sholat, jadi kami bertiga
minta temenin bang Keteng ke sumur belakang buat wudhu.
Aku sholat, si Kiki dan Rina udah ambil posisi. Kiki sih
masih tiduran baca novel tepat di sebelah aku. Abis sholat, pas baca doa. Lagi
hening-heningnya. Aku denger suara ayunan. Krek krek krek. Aku diem sepersekian
detik. Langsung ngomong ke Kiki, “Ki...”
Kiki mencoba tenang. “nggak apa-apa”. Oke, aku harus tenang
kayak Kiki. Terus Kiki bilang, “Bisa nggak kita tidurnya nyerong ke arah situ
aja? Aku nggak mau di pinggir”. Aku mengiyakan. Tapi aku masih merasa takut.
Ngeliat aku yang masih takut, Kiki bilang, “Kita pindah kesebelah aja. Sms
Redho”. Tangan aku udah gemeter dahsyat. Aku sudah berlinang-linang air mata.
Aku nelpon tapi nggak bisa ngomong. Aku udah duduk lemes. Kiki yang ambil alih
telpon. Dan Redho dateng masuk ke kamar. Kami pindah. Aku nggak berani ngeliat
ayunan. Kata Redho sih ayunannya nggak gerak dikitpun. Aku masih lemes.
Kasur-kasur dipindahin dan disusun di sudut ruangan. Butuh waktu cukup lama
biar bisa tidur. Malam ini kami tidur di ruang sebelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar